Batalyon Storm-Z, Hukuman Mati Ala Rusia Buat Prajurit yang Minum Alkohol dan Langgar Aturan 

Batalyon Storm Z, Hukuman Mati Ala Militer Rusia Buat Prajurit yang Minum Alkohol dan Langgar Aturan Tentara Rusia yang kedapatan meminum alkohol bakal mendapat sanksi keras dan dikirim ke batalyon hukuman, dimana mereka kemungkinan besar akan tewas dalam pertempuran. Laporan tersebut dilansir Reuters, Selasa (3/10/2023) yang menyebut unit unit tempur tersebut terdiri dari tentara yang melanggar aturan militer, seperti mabuk mabukan.

"Mereka dikirim ke pertempuran sengit sebagai umpan meriam dengan peluang bertahan hidup yang kecil," lapor tulisan media tersebut. Reuters mengatakan unit tersebut dikenal sebagai batalyon Storm Z. "Setidaknya lima tim Storm Z terlacak bertempur di timur dan selatan negara itu pada musim panas ini," lapor Reuters.

Sosok Ayuk Tetangga Racuni Siswa SMP di Pacitan Kopi Sianida, Takut Ketahuan Curi Uang Rp32 Juta Sasaran Ternyata Meleset, Fakta Terbaru Kasus Kopi Sianida Pacitan, Motif Pelaku hingga Asal Sianida SOSOK Ayuk, Tega Kasih Kopi Sianida ke Siswa Madrasah Demi Tutupi Kasus Pencurian

Cara Sadap WA Jarak Jauh 2024 dengan Nomor HP, Cek Chat WhatsApp hingga Stalking Akun Medsosnya Resmi Inter Milan Rilis Skuad Babak Liga Champion, Bintang Kanada Masuk, Timnas Italia, Kolombia Out Halaman 4 Banjarmasinpost.co.id Lolly Buka Suara Soal Video Nangis, Akui Terseret Dalam Masalah Rumah Tangga Nikita Mirzani

Pengakuan Kakak Ipar soal Ria Ricis Tak Pernah Disentuh, Teuku Ryan: Paham Agama Seperti Fitnah Halaman 4 Batalyon batalion Storm Z tersebut telah ada sejak April tahun ini, namun penyelidikan Reuters – yang diterbitkan pada Selasa – adalah laporan mendalam pertama tentang bagaimana mereka berfungsi dan orang orang seperti apa yang mereka rekrut. Singkatnya, Batalyon Strom Z adalah 'hukuman mati' bagi anggota militer Rusia yang melakukan pelanggaran.

Reuters mewawancarai 13 orang sebagai bagian dari laporan investigasi jurnalistiknya, lima di antaranya adalah tentara dari unit Storm Z. "Setiap batalion terdiri dari sekitar 100 hingga 150 orang dan biasanya ditempatkan dalam unit tentara reguler," kata laporan tersebut. Reuters menemukan bahwa tentara yang dikirim ke Storm Z adalah mereka yang mabuk saat bertugas, menggunakan narkoba, atau karena menolak melaksanakan perintah atasan.

“Jika para komandan menangkap seseorang yang mencium bau alkohol, maka mereka segera mengirim orang tersebut ke regu Storm,” kata seorang tentara reguler Rusia, yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada outlet tersebut. Tentara itu mengatakan dia melanggar perintah dengan memberikan perawatan medis kepada sekelompok pejuang Storm Z yang terluka saat bertempur di dekat kota Bakhmut di Ukraina timur. “Pejuang Storm Z, mereka hanya daging (tak berharga),” katanya kepada Reuters .

Tentara itu menambahkan bahwa perwiran militer biasanya menganggap pasukan Storm Z memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan pasukan biasa. Batalyon tersebut juga merekrut para narapidana untuk menjadikan mereka tentara dengan imbalan pengampunan, sebuah pendekatan yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan militer swasta Rusia, Grup Wagner. Kementerian Pertahanan Rusia menyiapkan program Storm Z pada awal tahun ini dengan harapan bisa menggantikan Wagner, yang pendirinya Yevgeny Prigozhin terbukti sulit diatur.

Serhii Cherevaty, juru bicara komando militer Timur Ukraina mengatakan pada bulan Juni bahwa ada lebih dari 170.000 tentara tempur Storm Z di “zona operasional” mereka, seperti laporan The Telegraph . Pihak militer Ukraina, seperti dilansir Ukraina Pravda , sebelumnya juga mengatakan bahwa pasukan Storm Z menunjukkan kemampuan tempur yang sangat rendah. Seorang pejuang Storm Z mengatakan kepada Reuters bahwa hampir semua orang di unitnya tewas pada bulan Juni di sekitar Bakhmut, rinciannya ada 105 prajurit yang tewas dari 120 orang yang ada di batalyonnya.

Kerabat tentara Storm Z yang hilang saat bertempur di Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kementerian Pertahanan Rusia tidak pernah menjawab ketika mereka bertanya di mana dia berada. "Dia berasal dari unit Storm. Bagi mereka, tidak ada yang akan terburu buru," kata seorang kerabat, yang tidak disebutkan namanya, kepada outlet tersebut. Di musim panas, beberapa pejuang Storm mengatakan dalam sebuah video bahwa mereka menolak melakukan misi tempur karena perlakuan yang mereka terima.

“Di garis depan, tempat kami berada, kami tidak menerima pengiriman amunisi,” kata seorang pejuang dalam video tersebut, menurut Reuters. "Kami tidak mendapatkan air atau makanan. Yang terluka tidak dibawa pergi: masih saja yang mati masih membusuk," kata tentara tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia belum menanggapi laporan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *