Kesaksian Keluarga Sandera: Adikku Ditahan Hamas di Rumah, Bukan Terowongan

Israel dan kelompok Hamas Palestina sepakat untuk membebaskan 50 sandera dan 150 tahanan Palestina dalam gencatan senjata sementara selama 4 hari. Pada hari pembebasan pertama dilakukan pada Jumat (24/11/2023), Hamas merilis video pembebasan sandera yang difasilitasi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Video tersebut memperlihatkan seorang gadis kecil yang tersenyum dan melambai pada anggota Hamas yang mengantarnya dari kendaraan Hamas ke mobil ICRC.

Setelah video tersebut viral di media sosial, Israel menarasikan propagandanya dengan mengatakan para sandera dipaksa untuk terlihat ramah pada Hamas. Namun, klaim itu dibantah oleh pihak keluarga sandera Israel yang mengatakan neneknya yang sempat disandera Hamas berada dalam keadaan sehat. "Nenek kami, Jaffa, kembali dari Gaza dalam keadaan cantik dan cerah dan dalam keadaan sehat," kata Adriana, cucu Jaffa, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (26/11/2023).

Kesaksian lainnya datang dari kerabat salah satu sandera perempuan yang mengatakan kerabatnya dibebaskan oleh Hamas dalam kondisi yang baik. Kesaksian Keluarga Sandera: Adikku Ditahan Hamas di Rumah, Bukan Terowongan VIDEO Keluarga Sandera Sebut Diperlakukan Manusiawi, Tinggal di Rumah Bukan Terowongan Serambinews.com

Senjata Kimia Israel Tewaskan 3 Sandera di Terowongan Hamas, Keluarga Desak Dilakukan Penyelidikan Jakarta Sengit, Cek 3 Survei Elektabilitas Pilpres 2024 Terbaru, Terjawab Capres Terkuat di Ibu Kota Halaman 4 Keluarga Sandera Israel: 'Hamas yang Kembalikan Rakyat Kami, Bukan Pemerintah!'

Pengakuan Kakak Ipar soal Ria Ricis Tak Pernah Disentuh, Teuku Ryan: Paham Agama Seperti Fitnah Halaman 4 "Mereka tidak mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan selama disandera, namun diperlakukan dengan cara yang manusiawi. Itu bertentangan dengan ketakutan kami, mereka tidak menghadapi hal yang mengerikan seperti yang kami bayangkan," katanya, Sabtu (25/11/2023). Dalam kesaksian lainnya, kakak perempuan dari seorang sandera Thailand yang dibebaskan Hamas pada hari pertama, juga membagikan cerita adiknya.

"Ini di luar ekspektasiku. Saya kira ia termasuk dalam 16 korban yang tertembak. Keluarga kami sangat sedih, namun ketika para korban jiwa dipulangkan ke Thailand, dia tidak ada di sana," kata Roongarun Wichanguen, kakak dari salah satu sandera Thailand yang dibebaskan pada hari pertama. "Harapan kami hampir pupus, dia mungkin disiksa atau terbunuh di terowongan, tapi tiba tiba ada harapan," lanjutnya. Ia lalu mengatakan kondisi adiknya saat pulang ke Thailand.

"Wajahnya terlihat bahagia dia nterlihat baik baik saja. Dia bilang dia tidak disiksa dan tidak dilecehkan dan makan dengan baik. Dia dirawat dengan baik. Dia mengatakan itu seperti di sebuah rumah dan bukan terowongan," tambahnya. Beberapa minggu yang lalu, seorang tahanan Israel yang dibebaskan oleh Hamas berbicara tentang perlakuan Hamas padanya selama disandera. "Mereka bersahabat dengan kami dan merawat seorang pria yang terluka parah dalam kecelakaan sepeda. Ada seorang perawat yang merawatnya dan memberinya obat obatan dan antibiotik," katanya.

Pada Jumat (24/11/2023) dan Sabtu (25/11/2023), Hamas menyerahkan 26 sandera, dengan beberapa warga negara asing. Sementara Israel menyerahkan 78 tahanan Palestina pada hari pertama dan kedua gencatan senjata sementara itu. Pada Minggu (26/11/2023), Hamas menyerahkan 14 sandera Israel dan 3 warga Thailand, sementara Israel membebaskan 39 warga Palestina.

Kesepakatan pembebasan 50 sandera Hamas dan 150 tahanan Palestina di penjara Israel ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza. Israel menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi. Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel. Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.093 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (25/11/2023), dikutip dari Al Jazeera. Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *