Skripsi Tak Lagi Wajib, Pengamat Pendidikan UIN Jakarta Anggap Mendikbudristek Sangat Terlambat

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim ungkap kebijakan baru untuk mahasiswa S1 dan Sarjana Terapan bisa bebas skripsi. Sedangkan bagi mahasiswa jenjang S2 dan S3, sudah tidak wajib unggah jurnal yang sudah dikerjakan. Hal ini diumumkan Nadiem melalui seminar bertajuk Merdeka Belajar Episode 26: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi, pada Selasa (29/8/2023)

Lantas bagaimana akademisi menanggapi hal ini? Pengamat Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jejen Musfah pun beri tanggapan. Hasil Survei Elektabilitas Capres 2024, DKI Jakarta Kian Ketat, Dominasi Anies Cak Imin Mulai Runtuh

Terbaru Hasil Survei Capres 2024, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Didominasi Capres Terkuat, Jawa? HASIL AKHIR PSMS Medan vs PSIM Liga 2 Grup X, Kalahkan Ayam Kinantan di Kandang tak Bikin Lolos Gadis Aceh Hamil Inses Ulah Ayah Kandung, Sudah Dirudapaksa 6 Kali, Jeritan Korban: Bek Ayah

Biodata Novli Bernado Thyssen, Ketua Bawaslu Surabaya yang Naik Panggung Hentikan Konser Ahmad Dhani Surya.co.id Selamat Persiraja, Selangkah Lagi ke Liga 1 Kepala SKPK di Nagan Raya Digeser, Ini Pesan Pj Bupati Fitriany Farhas Saat Pelantikan Mereka

Pengakuan Kakak Ipar soal Ria Ricis Tak Pernah Disentuh, Teuku Ryan: Paham Agama Seperti Fitnah Halaman 4 Menurutnya, kebijakan yang dikeluarkan oleh Nadiem cukup baik, namun sudah sangat terlambat. Jejen mengungkapkan jika skripsi, tesis, disertasi bukan satu satunya jembatan kesuksesan bagi mahasiswa.

Selain itu, faktnya tidak semua mahasiswa akan bekerja pada kelompok akademisi, dosen atau pun peneliti. "Jadi bagi saya pribadi, sudah lama saya memikirkan hal yang sama ya. Harus ada alternatif pilihan penyelesaian studi S1,S2, dan S3. Bisa diganti dengan prototype proyek atau produk lainnya," kata Jejen lagi. Lebih lanjut, Jejen mengungkapkan kenapa skripsi perlu diganti dengan alternatif lain.

Salah satu alasannya adalah karena skripsi menjadi salah satu penghambat cukup besar bagi mahasiswa menyelesaikan kuliah tepat waktu. "Skripsi, tesis dan disertasi itu salah satu penghambat yang cukup besar bagi penyelesaian studi mahasiswa tepat waktu," kata Jejen Kenapa demikian? Pertama pembuatan tugas akhir ini membutuhkan keterampilan khusus dalam konteks menulis atau penelitian. "Sementara tentu kita sepakat bahwa tidak semua mahasiswa punya keterampilan menulis dan meneliti," kata Jejen menambahkan.

Kedua, dari sisi non keterampilan atau substansi, penyelesaian skripsi, tesis dan disertasi sangat dipengaruhi oleh pembimbing. "Penyelesaian tugas akhir itu sering kali terkendala bukan aspek substansi. Tapi aspek lain bersifat teknis. (Misal) Kesibukan dosen, kurang peduli dosen terhadap penyelesaian studi tadi," jelasnya. Itulah sebabnya kenapa skripsi yang sebenarnya bisa selesai 3 4 bulan bimbingan, tapi banyak yang menyentuh di dua semester, bahkan lebih.

Alasan lain kenapa perlu mengganti skripsi, tesis dan disertasi pada alternatif lain adalah karena adanya teori kecerdasan jamak atau minat bakat. 'Tidak semua mahasiswa itu memang punya minat, bakat menulis meneliti. Toh, pada akhirnya mahasiswa S1,S2,S3 tidak semua akan atau ingin menjadi akademisi," terang Jejen. Tidak semua lulusan pada akhirnya menjadi dosen, peneliti, akademisi atau orang orang yang bergelut di dunia riset.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *